Tuesday, July 5, 2016

CINTA DARI NGADUMAN SEBUAH DESA DI LERENG GUNUNG MERBABU

Beberapa bulan lalu, temanku yang “cukup gila” memberikanku informasi (dan mengajakku) bahwa “keluarganya” akan mengadakan sebuah acara yang istimewa, aku spontan saja mengiyakan tanpa alasan. “keluarga” temanku ini memiliki makna besar dalam hidupku. Ada putaran balik yang besar ketika aku merasa bahwa tujuan hidup ini menjadi tak menentu dan tanpa terasa keluarga temanku ini akhirnya menjadi keluargaku juga, meskipun kehadiranku di sana memiliki buanyak sekali kekurangan mereka menerima ku dengan sangat legowo. Nafiri Brayat Kinasih, itu nama keluarga Dessy di Jogja.

Mendengar nama desa Ngaduman itu tak membuatku untuk googling tentang tempat dan bagaimana keadaan di sana, karena aku ingin mengikuti seluruh kegiatannya dengan rasa penasaran yang kubiarkan begitu saja tanpa menolak apapun yang diberikan padaku nantinya.

Ternyata, desa Ngaduman itu berada di lereng Gunung Merbabu yang ternyata sangat dingin, tidak ada akses internet yang bias dengan bebas kami akses, sinyal hanya Edge, sehingga membuat kami benar-benar menikmati kebersamaan tanpa ada gangguan dari bunyi tang ting tung dari gajet gajet modern. Desa Ngaduman adalah sebuah desa yang menyediakan diri mereka untuk menerima orang-orang dari Indonesia dan luar negeri untuk menikmati kehidupan di gunung, dan menjadikan GKJTU Manunggal menjadi pusat tempat peribadatan kami. Pendetanya bernama Viktor, yang bagiku cukup arif, ganteng (seperti bintang film). Awalnya aku tak menyangka ada orang seganteng dia mendedikasikan dirinya untuk melayani di daerah pegunungan yang tak ada sinyal internet sama sekali. Keadaan di desa Ngaduman inipun cukup ekstrim, selain jalan-jalannya yang terjal, kabut selalu menemani kami, dan membatasi pandangan kami tak lebih dari 10 meter jarak pandang.

Aku berangkat ke Ngaduman mengendarai motor, menunggu di Muntilan, yang akhirnya di jemput oleh Ketua Remaja, Bezaliel, dan beberapa teman lain yang menggunakan motor juga, Leo, Boby, dan Rivan. Dari awal keberangkatanpun aku sudah menemukan kehangatan di dalamnya. Perjalanannya tampak asik ketika kami bersama-sama menyusuri jalan menuju Kopeng dan menaiki jalan yang sangat terjal menuju desa Ngaduman. Acara kami dimulai dari tanggal 1 hingga 3 Juli 2016, Pak Sundoyo selaku pendeta jemaat GKJ Brayat Kinasih juga memberikan makna totalitas dalam pendampingan kali ini, karena beliau harus pergi pulang ke Ngaduman – Jogja, karena Bintang (putranya) sedang sakit.

Setiba di sana, kami dipecah menjadi beberapa kelompok untuk tinggal di rumah-rumah penduduk. Jalanan dari gereja menuju rumah penduduk pun sangat curam dan terjal, sehingga membuatku dan beberapa teman lainnya terengah-engah ketika harus bolak balik gereja dan rumah tinggal kami.

Kedatangan kami di sambut dengan hangat oleh orang tua angkat kami di sana, mereka menjamu kami dengan sajian terbaik dari apa yang mereka miliki. Dari brokoli tepung yang sebenarnya harganya mahal, hingga makanan khas di desa Ngaduman.

Akhirnya hari ini kami pulang kembali, dan bagiku acara 3 hari ini berlalu sangat cepat. Ketika kami hendak pulang dan pamitan kepada orang tua angkat kami di sana, ada sebuah perasaan kehilangan yang sulit untuk dilupakan. Kata Ibunda dari Pak Agus (rumah yang aku tempati bersama Brian dan Wisnu), “jangan kapok main kemari lagi, kami tidak terganggu dengan ngorokmu, Tuhan selalu memberkati kalian di manapun kalian berada, kata-kata itu yang selalu Nampak hangat dan tertinggal di hatiku hingga kini. Semoga kalian semua yang telah bermurah hati pada kami selalu sehat sehingga kelak kita bisa berjumpa kembali.


Terimakasih Dessy, terimakasih keluarga Nafiri GKJ Brayat Kinasih, kiranya kehangatan yang kalian berikan padaku, dan segala kebaikan yang terjadi di dalamnya selalu terpelihara serta terhidupi selamanya.

NB: untuk biaya akomodasi, per orang dikenai biaya @15ribu sekali makan, tetapi sudah tidak terkena biaya untuk tidur, mandi, dan listrik yang digunakan di rumah yang kami tinggali.
acara bersih-bersih pesarean (kuburan) yang dilaksanakan setiap hari jumat kliwon

penampakan rumah bapak agus, anak lelaki dari pemilik rumah. di samping rumah warga Ngaduman banyak terdapat kandang ternak seperti sapi, ayam, dan babi

ruang tamu rumah tinggal kami

Kamar tempat kelompok kami tinggal (3 orang )

last picture from GKJTU Manunggal Desa Ngaduman, ini adalah foto teman-teman Remaja Nafiri GKJ Brayat Kinasih

ketiga dari kiri adalah bapak pemilik rumah tinggal kelompok kami