Beberapa
minggu belakangan ini, anak-anak tim inti paduan suara SD Bentara Wacana tampak
aktif berkumpul di ruang musik, terkadang mengorbankan jam belajar,
mengorbankan jam istirahat. Giatnya mereka berkumpul di ruang musik adalah
untuk berlatih, mempersiapkan diri mengikuti perlombaan paduan suara Dendang
Kencana 2017 yang diadakan oleh Bentara Budaya dan Kompas Gramedia di
Yogyakarta. Perlombaan ini adalah sebuah event untuk menghidupkan kembali cinta
lagu anak di jaman modern, di samping itu, lomba ini adalah bentuk keprihatinan
panitia terhadap kehidupan kids jaman now yang selalu dijejali lagu-lagu koplo,
dangdut, dan pop percintaan lainnya.
Di bawah
asuhan pak Yosia, anak-anak SD Bentara Wacana yang terseleksi dilatih dengan
tidak main-main. Tempaan mental dan ketrampilan menyanyi anak digembleng
sedemikian rupa, hingga luapan emosi yang terbangun/terikat kuat tidak hanya
dirasakan oleh anak-anak hebat ini, tetapi bu Anas, bu Kris, bu Sri (selaku
pihak guru SD), orangtua murid, dan bahkan pak ketua yayasan pun ikut merasakan
usaha (perjuangan) pak Yosia dan anak-anak dalam mempersiapkan diri mengikuti
lomba ini.
Tanggal
17 November kami berangkat menuju Gedung Pusat Sanata Dharma untuk menjalani momen
yang sudah dinantikan. Setelah semua berhasil terlewati, kami sempat berfikir
bahwa hari itu adalah hari naas, kami merasa gagal, kami merasa tidak dapat
maksimal dalam berkonsentrasi, tidak dapat memberikan yang terbaik untuk sebuah
proses latihan yang panjang, berat, dan keras. Tak terbayang wajah pak Yosia di
depan lift yang “wirang dan kecelik” dan juga wajah setiap guru atau orangtua
yang berada di TKP saat itu. Semua lesu, semua berfikir ini adalah akhir dari
sebuah perjuangan, meskipun ada diantara kami yang masih tetap saling
membesarkan hati satu sama lain, padahal kami paham bahwa “mbombongi” adalah
sia-sia, tapi siapa sangka bahwa dalam usaha “mbombongi” satu sama lain, lahir
sebuah harapan yang menggugah semangat setiap kami untuk saling mengingatkan
untuk berdoa bersama di rumah kami masing-masing. Kami bersama saling
menguatkan untuk menghadapi tanggal 18, di mana pengumuman lomba diberitakan,
dan sungguh di luar dugaan kami, kami terpilih menjadi tim yang dipercaya maju
ke babak grand final.
Siapa
yang menyangka bahwa kami akan melangkah ke babak selanjutnya? Tak satupun dari
kami bisa menalar kemurahan Tuhan saat itu. Sepanjang perjalanan kami mengikuti
lomba ini, kami tidak hanya belajar tehnik bernyanyi, tapi kami semua
menyaksikan sebuah peristiwa iman, sebuah peristiwa tentang betapa rapuhnya
manusia yang mudah sekali lupa dan mudah jatuh dalam kesalahan, tapi kami juga
menyaksikan betapa baiknya Tuhan pada setiap orang yang berusaha dengan
sungguh-sungguh dan yang mau selalu berserah kepadaNya.
Sepanjang
waktu pak Yosia selalu berkata pada dirinya dan anak-anak hebat itu,
“Karena
itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”