Hari ini aku donlod sebuah film, sebenernya film ini di
request sama salah satu muridku, film ini berjudul Coco dan sembari memindah
data, aku iseng mencari film ini dan ternyata ada (ku kira kemarin film coco
ini adalah sebuah film baru), akhirnya aku donlod. Well, awalnya aku pesimis
dengan trailer yang ku tonton di yucub, sempat juga nggrundel, “tumben nih
Disney dan piksar bikin film kayak gini, kenapa juga mengusung tengkorak
sebagai film coco, biasanya mereka bikin film pasti tentang keluarga”. Ternyata
aku terlalu cepat menghakimi disney dan piksar kali ini.
Beberapa menit pertama, aku melihat keluarga yang membenci musik,
dan kemudian muncul penghakiman lain tentang film ini.
“ah paling ini film
tentang musik, tentang anak yang nggak boleh main musik sama keluarganya, tapi
anak ini tetep nekat dan hidupnya sukses dalam bermusik”.
Yahhh lagi-lagi aku salah besar, lagi dan lagi, hehehe.
Pemahaman tentang kesalahanku muncul ketika aku memaksa diriku untuk nonton
film ini sampe habis, dan film ini betul betul bukan soal murni soal musik. Film
ini bercerita tentang KELUARGA dan pentingnya mengingat setiap anggota keluarga
(yang meskipun sudah meninggal), dan film ini berhasil membuat aku mewek, nangis
sesenggrukan sore ini sampe badan berasa lemes dan panas.
Dia de Muertos adalah sebuah momen yang digunakan hampir 90%
di film coco. Dia de Muertos adalah sebuah tradisi, sebuah perayaan, hari
peringatan bagi orang-orang yang sudah meninggal, selain nyekar dikuburan, keluarga
yang masih hidup memasang foto di sebuah rak yang diberi lilin yang disebut
ofrenda. Setiap foto yang dipasang, setiap apapun yang dipersembahkan,
membuktikan bahwa almarhum masih diingat oleh orang yang masih hidup.
Dalam tradisi Dia de Muertos yang diceritakan dalam film
coco, terdapat 3 daur hidup manusia, (1)manusia hidup (2)manusia yang sudah
meninggal tapi hidup di alam lain dan mereka bisa hidup di alam lain karena
masih diingat oleh keluarganya yang masih hidup, (3)final death, ketika manusia
yang hidup di alam lain sudah tidak ada yang mengingat/dilupakan, maka mereka
akan lenyap selamanya. Dan ketika Dia de Muertos, setiap orang yang masih
diingat oleh orang yang masih hidup, berkesempatan untuk mengunjungi keluarga
mereka yang masih hidup untuk merayakan kebersamaan dari alam yang berbeda.
Kisah keluarga yang terdapat pada film coco ini adalah
tentang rekonsiliasi hubungan seorang ayah dengan keluarganya yang ditinggalkan
semasa hidupnya. Singkat cerita, ternyata keluarganya mengalami salah paham,
karena si ayah, hector yang menjalani hidupnya sebagai seorang musisi meninggal
karena dibunuh oleh rekannya sendiri ketika sedang pergi untuk bernyanyi. Rekonsiliasi
ini berhasil membuat saya mewek semewek-meweknya, karena saya juga pernah
mengalami “ketidak tahuan” pada ayah saya (bahkan kuburan ayah saya saja tidak
tahu ada di mana). Pernah juga ada seorang ibu yang mengatai saya, “anake sopo
rak jelas!”. ending dari film coco ini luar biasa, bahkan mama coco (anak
hector) yang sepanjang film diceritakan sebagai orangtua yang tidak dapat
melakukan apa-apa lagi, dapat kembali berbicara dan mengenang masa kecil
bersama ayahnya yang dia cintai.
Saya merasa sangat kesulitan menuliskan isi film ini, karena
memang bukan tulisan untuk review film. Di akhir tulisan saya ini, saya hendak
berpesan pada siapapun pembaca blog saya,
“ kasihilah dan selalu ingat orangtua
mu di manapun kamu berada, jangan sampai menyesal dan kita hanya mampu
menyayangi mereka di depan nisan mereka”.