Saturday, July 9, 2016

NGANU (2)

terkadang memang tidak dapat dipungkiri, memiliki anak yang lucu, menggemaskan, dan disukai banyak orang menjadi hal yang menyenangkan. bahkan ada orang tua yang menyatakan bahwa anak juga bisa mendatangkan hoki buat orang tua. wah saya juga iri kalau liat temen punya anak nggemesin, bawaannya pengen bawa pulang.
faktor anak yang menggemaskan itu terkadang menjadi fenomena unik di jagad dunia maya, foto2 yang diunggah dapet banyak pujian dan doa dari orang yang melihatnya. ughhh bikin makin iri saja.. temen saya bilang, "bikin sendiri aja". wah harus nya pernyataan begini dikenakan tarif 2016 yang saya upload kmrn ya.. hihihi.
kelucuan anak terkadang dijadikan ajang orang tua cari gengsi, bahkan kadang menuai pujian dan doa di sosial media kurang memuaskan, sehingga harus meningkatkan levelnya, menjadikan anak foto model pro, bintang iklan, model catwalk, dan ikut lomba ini itu anu inu.. sehingga makin tajam lah insting anak untuk hidup dalam dunia yang ternyata punya sistem kompetisi.
bahkan istilah anak yang mendatangkan hoki ini kerap diseret jadi sesuatu yang sifatnya tidak umum, contohnya bawa anak kecil, digendong, dicubt dikit lalu dibawa ke lampu merah atau dari rumah ke rumah untuk meminta sedekah. wajarkah? wajar saja karena bagi orang tua mereka menyatakan punya hak mutlak atas anak. sehingga orang lain yang menilai tindakannya keleru bakal dijadikan musuh. inilah endonesa. sahabat yang baik diartikan yang kudu permisif mendukung segala sesuatu yang dilakukan, meskipun tindakannya kurang tepat. sahabat yang menegur, mengingatkan justru dianggap musuh karena merugikan keinginan batinnya.
anak yanh membawa hoki anak yang membawa berkah anak yang lucu menjadi anak yang mengerikan jika dieksploitasi menjadi penuai pujian lewat karya yang negatif. di dunia youtube sedang buming lagu LELAKI KARDUS yang karena saking lucunya di mashup sana sini untuk mendapatkan tuaian like dan subscriber. wowbanget.. si anak cuma ngerap beberapa punch line dari lagu ini, memang lirik nya seperti bahasa melayu tapi kok... gini liriknya
LELAKI KARDUS LELAKI KARPET LELAKI KENCROT LELAKI BANGKRUT LELAKI MENCRET LELAKI KARBET LELAKI B*NGS*T.

Friday, July 8, 2016

APRESIASI DIRI dan MERAYAKAN HIDUP

tidak ada yang keliru untuk berdiam sejenak baik perseorangan maupun secara komunal, bukan untuk merenungi kekurangan yang muncul dari tindakan tindakan yang sudah dilakukan dalam pekerjaan. tapi berdiam diri untuk mengingat dan kemudian merayakan apa yang sudah dilakukan selama hidup dan menyadari bahwa dari semuanya itu bisa saja menghasilkan kebaikan bagi orang lain.

patutlah bagi para pendidik untuk mengapresiasi diri, merayakan dengan sukacita, bahwa kesemuanya sudah terjalani dan punya imbas besar bagi para murid/ peserta didik. bagi para karyawan, bagi para pensiunan, bagi para pendeta, atau bagi ibu/ bapak rumah tangga sekalipun (yang merelakan hidupnya untuk kehilangan kesempatan berkarya, mendedikasikan diri untuk mendampingi para suami/ istrinya untuk merawat buah hati). merayakan untuk melihat kemampuan diri dan melihat betapa Tuhan telah memberkati, menyertai, serta memberi kemampuan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa untuk orang lain.

mengapresiasi diri dapat membawa sukacita dan kebanggaan yang dapat menjadi kekuatan untuk langkah selanjutnya, semangat untuk mencintai pekerjaan, mencintai rutinitas sehari-hari. 

merayakannya mungkin bisa dengan cara makan atau minum yang berbeda dengan hari biasanya, tujuannya adalah membuat tiang moment, tonggak memori, bahwa hari ini telah dirayakan sebuah peristiwa berharga, yang tidak bertujuan untuk diri tapi untuk orang lain. 

selamat merayakan hari ini, selamat mengapresiasi diri bagi teman teman yang telah bekerja keras unyuk mewujudkan kebaikan bersama.

NGANU (1)

cara hidup manusia memang bervariasi, jelaslah karena 250jt jiwa pasti juga dengan 250jt pemikiran. tapi yang terkadang menyesakkan adalah cara berkehidupan untuk berkompetisi dan menunjukkan diri lebih unggul dari lainnya, mengejar sesuatu untuk membuktikan pada orang lain kalau "saya bisa", supaya orang lain menghargai sekaligus menghormati berdasar apa yang dipunyai.

hal ini menjadi wajar karena setiap langkah manusia memiliki konteks berfikirnya. tapi bisa dibayangkan, betapa melelahkan kehidupan itu. setiap hari menggunakan topeng, menunjukkan perjuangan dengan harga diri menjadi tujuan akhir. akhirnya menjadi diri sendiri dan melakukan segala sesuatu karena memang sudah seharusnya begitu, menjadi sebuah cara yang bisa dijadikan untuk berefleksi. 

berjuang menjadi pintar untuk buktikan pada tetangga bahwa kita hebat? 
berjuang menjadi kaya untuk buktikan pada keluarga yang selama ini merendahkan kita? 
berjuang menjadi hebat untuk mendapat pujian? 
gak capek?

Tuesday, July 5, 2016

CINTA DARI NGADUMAN SEBUAH DESA DI LERENG GUNUNG MERBABU

Beberapa bulan lalu, temanku yang “cukup gila” memberikanku informasi (dan mengajakku) bahwa “keluarganya” akan mengadakan sebuah acara yang istimewa, aku spontan saja mengiyakan tanpa alasan. “keluarga” temanku ini memiliki makna besar dalam hidupku. Ada putaran balik yang besar ketika aku merasa bahwa tujuan hidup ini menjadi tak menentu dan tanpa terasa keluarga temanku ini akhirnya menjadi keluargaku juga, meskipun kehadiranku di sana memiliki buanyak sekali kekurangan mereka menerima ku dengan sangat legowo. Nafiri Brayat Kinasih, itu nama keluarga Dessy di Jogja.

Mendengar nama desa Ngaduman itu tak membuatku untuk googling tentang tempat dan bagaimana keadaan di sana, karena aku ingin mengikuti seluruh kegiatannya dengan rasa penasaran yang kubiarkan begitu saja tanpa menolak apapun yang diberikan padaku nantinya.

Ternyata, desa Ngaduman itu berada di lereng Gunung Merbabu yang ternyata sangat dingin, tidak ada akses internet yang bias dengan bebas kami akses, sinyal hanya Edge, sehingga membuat kami benar-benar menikmati kebersamaan tanpa ada gangguan dari bunyi tang ting tung dari gajet gajet modern. Desa Ngaduman adalah sebuah desa yang menyediakan diri mereka untuk menerima orang-orang dari Indonesia dan luar negeri untuk menikmati kehidupan di gunung, dan menjadikan GKJTU Manunggal menjadi pusat tempat peribadatan kami. Pendetanya bernama Viktor, yang bagiku cukup arif, ganteng (seperti bintang film). Awalnya aku tak menyangka ada orang seganteng dia mendedikasikan dirinya untuk melayani di daerah pegunungan yang tak ada sinyal internet sama sekali. Keadaan di desa Ngaduman inipun cukup ekstrim, selain jalan-jalannya yang terjal, kabut selalu menemani kami, dan membatasi pandangan kami tak lebih dari 10 meter jarak pandang.

Aku berangkat ke Ngaduman mengendarai motor, menunggu di Muntilan, yang akhirnya di jemput oleh Ketua Remaja, Bezaliel, dan beberapa teman lain yang menggunakan motor juga, Leo, Boby, dan Rivan. Dari awal keberangkatanpun aku sudah menemukan kehangatan di dalamnya. Perjalanannya tampak asik ketika kami bersama-sama menyusuri jalan menuju Kopeng dan menaiki jalan yang sangat terjal menuju desa Ngaduman. Acara kami dimulai dari tanggal 1 hingga 3 Juli 2016, Pak Sundoyo selaku pendeta jemaat GKJ Brayat Kinasih juga memberikan makna totalitas dalam pendampingan kali ini, karena beliau harus pergi pulang ke Ngaduman – Jogja, karena Bintang (putranya) sedang sakit.

Setiba di sana, kami dipecah menjadi beberapa kelompok untuk tinggal di rumah-rumah penduduk. Jalanan dari gereja menuju rumah penduduk pun sangat curam dan terjal, sehingga membuatku dan beberapa teman lainnya terengah-engah ketika harus bolak balik gereja dan rumah tinggal kami.

Kedatangan kami di sambut dengan hangat oleh orang tua angkat kami di sana, mereka menjamu kami dengan sajian terbaik dari apa yang mereka miliki. Dari brokoli tepung yang sebenarnya harganya mahal, hingga makanan khas di desa Ngaduman.

Akhirnya hari ini kami pulang kembali, dan bagiku acara 3 hari ini berlalu sangat cepat. Ketika kami hendak pulang dan pamitan kepada orang tua angkat kami di sana, ada sebuah perasaan kehilangan yang sulit untuk dilupakan. Kata Ibunda dari Pak Agus (rumah yang aku tempati bersama Brian dan Wisnu), “jangan kapok main kemari lagi, kami tidak terganggu dengan ngorokmu, Tuhan selalu memberkati kalian di manapun kalian berada, kata-kata itu yang selalu Nampak hangat dan tertinggal di hatiku hingga kini. Semoga kalian semua yang telah bermurah hati pada kami selalu sehat sehingga kelak kita bisa berjumpa kembali.


Terimakasih Dessy, terimakasih keluarga Nafiri GKJ Brayat Kinasih, kiranya kehangatan yang kalian berikan padaku, dan segala kebaikan yang terjadi di dalamnya selalu terpelihara serta terhidupi selamanya.

NB: untuk biaya akomodasi, per orang dikenai biaya @15ribu sekali makan, tetapi sudah tidak terkena biaya untuk tidur, mandi, dan listrik yang digunakan di rumah yang kami tinggali.
acara bersih-bersih pesarean (kuburan) yang dilaksanakan setiap hari jumat kliwon

penampakan rumah bapak agus, anak lelaki dari pemilik rumah. di samping rumah warga Ngaduman banyak terdapat kandang ternak seperti sapi, ayam, dan babi

ruang tamu rumah tinggal kami

Kamar tempat kelompok kami tinggal (3 orang )

last picture from GKJTU Manunggal Desa Ngaduman, ini adalah foto teman-teman Remaja Nafiri GKJ Brayat Kinasih

ketiga dari kiri adalah bapak pemilik rumah tinggal kelompok kami