Beberapa bulan lalu, temanku yang “cukup gila” memberikanku
informasi (dan mengajakku) bahwa “keluarganya” akan mengadakan sebuah acara yang istimewa, aku
spontan saja mengiyakan tanpa alasan. “keluarga” temanku ini memiliki makna
besar dalam hidupku. Ada putaran balik yang besar ketika aku merasa bahwa
tujuan hidup ini menjadi tak menentu dan tanpa terasa keluarga temanku ini
akhirnya menjadi keluargaku juga, meskipun kehadiranku di sana memiliki buanyak
sekali kekurangan mereka menerima ku dengan sangat legowo. Nafiri Brayat
Kinasih, itu nama keluarga Dessy di Jogja.
Mendengar nama desa Ngaduman itu tak membuatku untuk
googling tentang tempat dan bagaimana keadaan di sana, karena aku ingin
mengikuti seluruh kegiatannya dengan rasa penasaran yang kubiarkan begitu saja
tanpa menolak apapun yang diberikan padaku nantinya.
Ternyata, desa Ngaduman itu berada di lereng Gunung Merbabu
yang ternyata sangat dingin, tidak ada akses internet yang bias dengan bebas
kami akses, sinyal hanya Edge, sehingga membuat kami benar-benar menikmati
kebersamaan tanpa ada gangguan dari bunyi tang ting tung dari gajet gajet
modern. Desa Ngaduman adalah sebuah desa yang menyediakan diri mereka untuk
menerima orang-orang dari Indonesia dan luar negeri untuk menikmati kehidupan
di gunung, dan menjadikan GKJTU Manunggal menjadi pusat tempat peribadatan
kami. Pendetanya bernama Viktor, yang bagiku cukup arif, ganteng (seperti
bintang film). Awalnya aku tak menyangka ada orang seganteng dia mendedikasikan
dirinya untuk melayani di daerah pegunungan yang tak ada sinyal internet sama
sekali. Keadaan di desa Ngaduman inipun cukup ekstrim, selain
jalan-jalannya yang terjal, kabut selalu menemani kami, dan membatasi pandangan
kami tak lebih dari 10 meter jarak pandang.
Aku berangkat ke Ngaduman mengendarai motor, menunggu di
Muntilan, yang akhirnya di jemput oleh Ketua Remaja, Bezaliel, dan beberapa
teman lain yang menggunakan motor juga, Leo, Boby, dan Rivan. Dari awal
keberangkatanpun aku sudah menemukan kehangatan di dalamnya. Perjalanannya
tampak asik ketika kami bersama-sama menyusuri jalan menuju Kopeng dan menaiki
jalan yang sangat terjal menuju desa Ngaduman. Acara kami dimulai dari tanggal
1 hingga 3 Juli 2016, Pak Sundoyo selaku pendeta jemaat GKJ Brayat Kinasih juga
memberikan makna totalitas dalam pendampingan kali ini, karena beliau harus
pergi pulang ke Ngaduman – Jogja, karena Bintang (putranya) sedang sakit.
Setiba di sana, kami dipecah menjadi beberapa kelompok untuk
tinggal di rumah-rumah penduduk. Jalanan dari gereja menuju rumah penduduk pun sangat
curam dan terjal, sehingga membuatku dan beberapa teman lainnya terengah-engah
ketika harus bolak balik gereja dan rumah tinggal kami.
Kedatangan kami di sambut dengan hangat oleh orang tua
angkat kami di sana, mereka menjamu kami dengan sajian terbaik dari apa yang
mereka miliki. Dari brokoli tepung yang sebenarnya harganya mahal, hingga makanan
khas di desa Ngaduman.
Akhirnya hari ini kami pulang kembali, dan bagiku acara 3
hari ini berlalu sangat cepat. Ketika kami hendak pulang dan pamitan kepada
orang tua angkat kami di sana, ada sebuah perasaan kehilangan yang sulit untuk
dilupakan. Kata Ibunda dari Pak Agus (rumah yang aku tempati bersama Brian dan
Wisnu), “jangan kapok main kemari lagi, kami tidak terganggu dengan ngorokmu,
Tuhan selalu memberkati kalian di manapun kalian berada, kata-kata itu yang
selalu Nampak hangat dan tertinggal di hatiku hingga kini. Semoga kalian semua
yang telah bermurah hati pada kami selalu sehat sehingga kelak kita bisa
berjumpa kembali.
Terimakasih Dessy, terimakasih keluarga Nafiri GKJ Brayat
Kinasih, kiranya kehangatan yang kalian berikan padaku, dan segala kebaikan
yang terjadi di dalamnya selalu terpelihara serta terhidupi selamanya.
NB:
untuk biaya akomodasi, per orang dikenai biaya @15ribu sekali makan, tetapi
sudah tidak terkena biaya untuk tidur, mandi, dan listrik yang digunakan di
rumah yang kami tinggali.
|
acara bersih-bersih pesarean (kuburan) yang dilaksanakan setiap hari jumat kliwon |
|
penampakan rumah bapak agus, anak lelaki dari pemilik rumah. di samping rumah warga Ngaduman banyak terdapat kandang ternak seperti sapi, ayam, dan babi |
|
ruang tamu rumah tinggal kami |
|
Kamar tempat kelompok kami tinggal (3 orang ) |
|
last picture from GKJTU Manunggal Desa Ngaduman, ini adalah foto teman-teman Remaja Nafiri GKJ Brayat Kinasih |
|
|
ketiga dari kiri adalah bapak pemilik rumah tinggal kelompok kami |