Thursday, April 21, 2016

HARUSKAH LANGKAHKU TERHENTI? [dev and wen and jogja part 1]

hari ini aku kembali bertemu dengan sahabat ku yang sudah lama sekali tak ku jumpai… perjumpaan awal dan proses kami menjadi sahabat beberapa tahun silam bisa dikatakan sangat unik. terkadang aku cukup heran, kenapa persahabatan kami ini bisa berlangsung cukup lama. “Ah sudahlah, aku sedang tak ingin membahas betapa uniknya proses persahabatan/ persaudaraan kami sekarang, karena masih ada hal yang lebih penting untuk diceritakan ketika sahabatku ini sedang mengeruk dan menikmati kebahagiaan yang disajikan oleh kota Jogja.

Aku cukup kaget ketika Dev menyatakan rencana nya untuk datang ke Jogja telah benar-benar matang, padahal beberapa waktu lalu, semua rencananya kandas dimakan kesibukannya. Keseriusannya menyambangi Jogja untuk melepas penatnya ditunjukkan dari to do list yang warbyasak padat.

Meskipun tujuan utama untuk shopping dan kulineran, toh tetap saja Dev dan Wen tertarik dengan isu-isu dunia spiritualitas di Jogja, salah satunya adalah berjalan dengan tutup mata melewati pohon beringin kembar di alun-alun selatan (alkid) dan jika berhasil, maka harapan-harapan mereka yang sedang digumulkan akan segera terwujud, tidak lagi buram, atau setidaknya dijawab oleh sang Tuhan.
Dev dan wen mengawali perjalanan spiritualnya dengan mendiskusikan jarak, langkah, kesulitan yang dihadapi (saking ramainya orang-orang di sana), ketakutan-ketakutan (kalau nabrak gimana?), mencoba menalar nasihat orang-orang yang pernah mencobanya, mencoba menalar keberhasilan dan kegagalan orang lain. well, akhirnya mereka yang membekali diri dengan masker langsung saja menutup mata mereka menggunakan masker itu. Akhirnya sebuah perjalanan spiritual dimulai.

Dev dan Wen mencoba dengan berjalan perlahan, menjulurkan tangan untuk menjadi radar, dia tetap menggunakan tas gendongnya di depan, mungkin saja wen berfikir bahwa ini adalah pertahanan terbaik ketika nanti dia menabrak orang lain. Make a wish and GO!!! Tapi ternyata percobaan pertama gagal, FAIL…!!!  pecahlah tawa dua sahabat itu dan tentunya kami (aku dan mas wid yang menjadi “guide” mereka). Kami bersama-sama (tanpa beban) menertawakan kegagalan perjalanan spiritual wen an dev.

Seringan itukah mereka menerima kegagalan? Seringan itukah kami bisa menertawakan diri sendiri ketika mengalami kegagalan dalam realitas hidup? Hahaha entahlah…  bagiku itu penting, tapi yang kemudian menjadi lebih penting adalah NEXT STEP nya. Dev dan Wen mulai merubah cara mereka untuk bisa berhasil melewatinya… mereka penasaran… mereka tak malu untuk mencoba lagi… mereka tak lagi takut bila nantinya orang lain tertabrak, toh akhirnya mereka menyadari bahwa tertabrak dalam peristiwa ini tak akan menghadirkan luka, meskipun demikian, mereka tetap memberikan pertahanan terbaiknya seperti semula. PERCOBAAN KEDUA ini, mereka menggunakan pengalaman orang lain sebagai cerminan langkah mereka, LARI… bagiku ini gila, karena kalau nabrak orang lain, shock yang di dapat pasti akan diterima dua kali lipat, dan kalau jatuh bisa-bisa wajah mereka jadi taruhan. Tapi keputusan telah dibuat, dan wen mengeksekusi percobaan ke dua..  kami yang kuatir wen nabrak orang lain mencoba membersihkan jalan utama dari orang-orang (kebetulan ada dua bule ganteng yang ku minta untuk minggir). Dan anehnya, wen bisa berhasil berlari melewati pohon beringin itu. Dan kulihat dia semakin berani sejak keberhasilannya yang pertama, bahkan kegagalannya di awal tadi tak menjadi sebuah ketakutan untuk melakukan percobaan ke3 dan ke 4. Dalam percobaan selanjutnya, dia menggendong  tasnya di belakang (tak lagi di depan), melepas jaketnya, dan dia mencoba lagi beberapa kali dan berhasil. Tantangan itu tak lagi dilihat sebagai ketakutan, tetapi tetap ada kekawatiran yang masih dijaga sebagai self awareness yaitu ketakutan bila mana nanti menabrak orang lain ketika mencoba lagi, lagi, lagi, dan lagi.

Sejenak aku termenung, sepertinya, apa yang dilakukan dev dan wen dapat dipandang sebagai cerminan dalam kehidupan sejati tiap manusia, aku percaya mereka yang mencoba, gagal dan berhasil atau gagal terus, memiliki nilai-nilai yang tak mungkin mereka lupakan begitu saja, bahkan pengalaman spiritual tadi bisa saja ditularkan kepada orang lain yang nanti nya akan dijumpai kelak. Ah nampaknya aku terlalu berfikir serius, tapi aku senang, ternyata Jogja malam ini, Alkid malam ini mengajarkan banyak hal tentang sebuah perjalanan.


Haruskah aku melanjutkan langkah kaki ku?